PENELITIAN PENGEMBANGAN (R AND D) DAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CAR)
(Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian)
Oleh :
Kelompok 6
Andi Fajar S (1013022020)
Arfilian Satawag (1013022024)
Nani Pahini (1013022076)
Ratri Sekar P. (1013022054)
Trian Hermawan (1013022060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.
PENELITIAN PENGEMBANGAN (RESEARCH DAN DEVELOPMENT (R&D) )
A.
Pengertian Penelitian Pengembangan (Research dan Development (R&D) )
Penelitian Pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk atau menyempurnakan produk
Dalam pelaksanaan digunakan metode :
- Deskriptif (penelitian awal menghimpun data tentang kondisi yang ada)
- Evaluatif (evaluasi proses uji coba pengembangan produk)
- Eksperimen (uji keampuhan produk yang dihasilkan)
B. Prosedur
Penelitian Pengembangan
1. Research and information collecting
a. Pengukuran kebutuhan
b. Studi literatur
c. Penelitian skala kecil
2. Planning
a.
Rencana penelitian
b.
Rumusan tujuan
c.
disain penelitian
3. Develop preliminary form of product
- Preliminary field testing
a. Uji coba lapangan 1 – 3 sekolah
b. Pengamatan, wawancara, angket
- Main product revision
a. Revisi hasil uji coba
- Main field testing
a. Uji coba lebih luas 5 – 15 sekolah
b. Data kuantitatif dievaluasi, dibandingkan
- Operational product revision
a. Menyempurnakan produk hasil uji coba
- Operational field testing
a. Dilaksanakan 10 – 30 sekolah
b. Pengujian angket, wawancara, observasi, analisis hasil
- Final product revision
a. Penyempurnaan berdasarkan masukan dari uji lapangan
- Dissemination and implementation
C.
Karakterisristik Penelitian Pengembangan
Terdapat empat karakteristik atau ciri dalam
penelitian pengembangan, antara lain:
1.
Masalah yang
ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau
penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional
dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2.
Pengembangan
model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang
keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3.
Proses
pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan
secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji
coba lapangan tersebut seyogya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik.
4.
Proses
pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu di
dokumentasikan secara rapi dan di laporkan secara sistematis sesuai dengan
kaidah penelitian yang mencerminkan oridinalitas.
II.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A.
Pengertian PTK
PTK didefinisikan sebagai suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi
di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Demi mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses berdaur
(cyclical) yang terdiri dari empat tahapan, planing, action,
observation/evaluation, dan reflection.
B.
Karakteristik PTK
1.
PTK
merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi
masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini
berarti, bahwa rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu,
termasuk pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan,
dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.
2.
Metode
PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang
ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian,
temuan hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi
untuk kelas yang lain. Temuan PTK hendaknya selalu diterapkan segera dan
ditelaah kembali efektivitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana
kelas itu.
3.
PTK
terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti
bahwa hasil atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan,
perbaikan, atau peningkatan sikap dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil
jika ada kerja sama antara Guru-Guru di sekolah, sehingga mereka dapat sharing
permasalahan, dan apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan
pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu
bersifat kolaborasi dan kooperatif.
4.
PTK
bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok digunakan
dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan
diterapkannya suatu hasil studi dengan segera dan penelaahan kembali secara
berkesinambungan.
5.
PTK
banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti.
Pada saat penelitian berlangsung Guru sendiri dibantu rekan lainnya
mengumpulkan informasi, menata informasi, membahasnya, mencatatnya, menilainya,
dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan secara bertahap. Setiap tahap
merupakan tindakan lanjut tahap sebelumnya.
6.
PTK
sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan
tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Tetapi, PTK
tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel yang mungkin
mempengaruhi hasil penelaahan. Oleh karena kaidah-kaidah dasar penelitian
ilmiah dapat dipertahankan terutama dalam pengambilan data, perolehan
informasi, upaya untuk membangun pola tindakan, rekomnedasi dan lain-lain, maka
PTK tetap merupakan proses ilmiah.
7.
PTK
bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk
studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk
merumuskan atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada
pendekatan deskriptif tanpa inferensi.
C.
Prinsip-Prinsip PTK
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan
pembelajaran, Action Research berkembang
menjadi classroom Action Research (CAR) = Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Sebagai suatu penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk
meningkatkan proses dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas. Dengan
melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaikan bagi
masalah yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain.
Tentu saja dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang
relevan secara kreatif. Selain itu, sebagai peneliti praktis, PTK dilaksanakan
bersamaan guru melaksanakan tugas utama yaitu mengajar di dalam kelas, tidak
perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu penelitian
yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami
oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran
ganda, yaitu sebagai praktisi dan
sekaligus peneliti
1.
Tindakan
dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu
atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar. Menurut Hopkins (1993:
57-61), pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang
kebetulan diterapkan, seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmen guru
sebagai pengajar. Ada 3 hal yang dapat dikemukakan berkenaan dengan prinsip
pertama ini. Pertama, dalam mencobakan
sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan bahwa
setidak-tidaknya pada awal-awalnya hasilnya kurang memuaskan dari yang
dikehendaki. Bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dengan “cara lama”
Karena bagaimanapun tindakan perbaika tersebut masih dalam taraf dicobakan.
Guru harus menggunakan pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam
menimbang-nimbang : jalan keluar” yang akan mereka tempuh dalam rangka
memberikan yang terbaik kepada siswa. Kedua,
iterasi dari siklus tindakan juga dilakukan dengan mempertimbangkan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan
pemahaman yang mendalam yang ditandai oleh kemampuan menerapkan pengetahuan
yang dipelajari melalui analisis, sintesis dan evaluasi informasi, bukan
terbatas dari segi tersampaikannya GBPP kepada siswa dalam rukun waktu yang
telah ditentukan. Ketiga, penetapan
siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap
perancangan, dan sama sekali tidak mengacu kepada kejenuhan informasi sebagaimana
lazim dipedomani dalam proses iteratif pengumpulan data penelitian kualitatif.
2.
Masalah
guru. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah
yang cukup merisaukannya, dan berpijak dari tanggung jawab profesionalnya. Guru
sendiri harus memiliki komitmen ini juga diperlukan sebagai motivator intrinsik
bagi guru untuk “bertahan” dalam pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut
lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
mengajarnya secara rutin. Dengan kata lain, pendorong utama pelaksanaan PTK
adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
Dilihat dari sudut pandang ini, desakan untuk sekedar menyampaikan pokok
bahasan sesuai dengan GBPP dapat dan perlu ditolak karena alasan profesional
yang dimaksud .
3. Tidak terlalu menyita waktu. Metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan bagi guru,
sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain,
sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh. Sebagai gambaran, penggunaan tape recorder memang akan
menghasilkan rekaman yang lengkap dibanding dengan perekaman manual, namun peningkatan
waktu yang diperlukan untuk mencermati data melalui pemutaran ulang mungkin
akan segera terasa berlebihan. Oleh karena itu, dikembangkan teknik-teknik
perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup
signifikan serta dapat dipercaya.
4.
Metode dan teknik yang
digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi kemampuan maupun waktunya.
5.
Metodologi yang digunakan harus terencana cermat, sehingga tindakan
dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan.
Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya,
serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang
dikemukakan oleh karena itu, meskipun pada dasarnya “terpaksa” memperbolehkan
“kelonggaran – kelonggaran” namun penerapan asas – asas dasar telaah taan
kaidah tetap harus dipertahankan.
6.
Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar – benar nyata, menarik,
mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan
perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.
7.
Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu – rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru
harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur
etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena
selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks
organisasional, sehingga penyelenggaraannya pun harus mengindahkan tata krama
kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan
lembaga, disosialisasikan kepada rekan – rekan dalam lembaga terkait, dilakukan
sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap
mengedepankan kemaslahatan subjek didik.
8.
Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang
berkelanjutan ( on – going ), karena skope peningkatan dan pengembangan memang
menjadi tantangan sepanjang waktu. Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaran
merupakan cakupan tanggung jawab bagi seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK
sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective dalam arti
permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan / atau mata
pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Perspektif yang lebih luas ini akan terlebih – lebih lagi terasa urgensinya,
apabila dalam suatu PTK, terlibat lebih dari seorang peneliti. Dapat juga dilakukan kolaborasi di antara dua atau lebih
guru dalam satu sekolah dan / atau guru dari sekolah lain, termasuk dosen LPTK.
1 komentar:
Tulis komentarnggk ada referensinya kak?
Reply